Menu
Komunitas

Komunitas

Mengubah Karma Menjadi Misi Meraih Impian

Ida Gbodossou Adjevi, Direktur Umum SGI-Togo, berbagi pengalamannya menggunakan Buddhisme untuk mengembangkan kemampuannya dalam membantu ibu dan anak-anak

Togo terletak di sebelah utara Khatulistiwa. Ikeda Sensei menyebut Togo sebagai ‘mutiara Afrika Barat’.1 Togo adalah negara dengan keindahan agung yang dikelilingi oleh alam yang luar biasa. Saya tumbuh dalam keluarga yang sangat besar dengan dua puluh tiga kakak beradik. Salah satu kakak perempuanku adalah perawat dan ketika saya masih kecil, dia memicu minat saya di bidang kedokteran. Saya khususnya, sangat tersentuh oleh ibu-ibu yang terkadang kehilangan nyawa saat melahirkan karena perawatan medis yang tidak memadai. Saya belajar dengan penuh semangat, didorong oleh tekad untuk mendukung kaum wanita selama masa ini.

Setelah menyelesaikan A-Level pada tahun 1968, saya dapat melanjutkan studi di bidang kedokteran di sebuah universitas di Perancis dengan beasiswa negara dari Dakar di Senegal. Pada tahun 1978, saya sangat beruntung bisa melahirkan putra pertama. Kami tidak pernah melihat ayahnya karena dia tinggal terlalu jauh. Tidak mungkin berbagi masa depan dengannya, jadi saya memilih untuk membesarkan sendiri putra saya, sebagai orang tua tunggal. Untuk mendapatkan penghasilan, saya bekerja di instansi medis dan melupakan studi untuk menjadi seorang dokter yang telah saya impikan.

Saya akan menitipkan putra saya di tempat penitipan bayi pada jam 6 pagi dan menjemputnya kembali pada jam 8 malam. Pada saat itulah pemilik penitipan bayi putra saya mengundang saya ke pertemuan diskusi SGI. Saya pernah mendengar tentang Buddhisme jadi saya ikut. Sambutan yang hangat dan getaran suara daimoku benar-benar menyentuh saya. Saya memutuskan untuk memulai pelaksanaan hati kepercayaan ini pada saat itu juga.

Pada Juni 1980, saya menerima Gohonzon. Melalui penyebutan daimoku saya dapat menyelesaikan gelar doktor (PhD) di bidang kedokteran. Rejeki kedua saya datang pada bulan Januari 1980 ketika saya bertemu dengan suami, yang mulai melaksanakan tepat pada saat bersamaan dengan saya. Kami menikah pada bulan Oktober 1981 dan kembali ke Togo pada tahun 1982.

Saya mulai bekerja di departemen ginekologi rumah sakit di Universitas Lome. Di sanalah saya bisa mengenalkan orang pada Buddhisme untuk pertama kalinya. Hanya ada sedikit anggota di Togo pada saat itu dan selain dari suami, saya tidak mengenal siapa pun yang melaksanakan hati kepercayaan ini. Jadi saya hanya berbicara mengenai Buddhisme kepada satu orang dan kemudian yang lain dan terus melanjutkan.

Jumlah orang yang berdaimoku mulai meningkat sedikit demi sedikit. Dua anggota pindah dari London ke Togo dan kami berhasil mengadakan pertemuan diskusi pertama pada 1 April 1984. Saya ingin mengatakan bahwa gerakan kosenrufu di Togo dimulai dari dua puluh orang yang menghadiri pertemuan ini.

Didorong oleh tekad yang kuat, kami berkomitmen untuk mempelajari tulisan-tulisan Nichiren Daishonin dan mengadakan pertemuan pertukaran dengan anggota negara tetangga, Ghana.

Pada saat inilah, badai rintangan muncul dan mulai menyerang saya. Putra ketiga saya meninggal saat dilahirkan. Saya mencoba melupakan semuanya, tetapi ketika saya pulang dari rumah sakit dan melihat ayunan bayi yang kosong, saya benar-benar hancur. Saya merasa sangat sulit untuk menyebut daimoku. Saya harus terus mengingatkan diri bahwa saya hanya seorang manusia bukan dokter atau pemimpin kosenrufu. Saya menyadari bahwa mengatasi kesedihan yang luar biasa ini akan mengubah hidup saya dan juga berdampak pada kehidupan masa mendatang putra saya. Saya bertekad belajar dan menggunakan seluruh badan dan pikiran saya untuk mengatasinya setiap hari.

Momen Chiku pertama terbentuk di Togo pada tahun 1992 terukir dalam hati saya selamanya. Juga ada perubahan signifikan dalam pekerjaan saya di tahun 1999. Orang yang menghargai perawatan saya sehubungan dengan kesejahteraan ibu dan anak-anak merekomendasikan agar saya membuka klinik ginekologi di ibukota, Lome.

Saya menamai klinik baru ‘Myoren Clinic’ karena saya ingin memberinya makna simbolis dan menunjukkan bahwa kami adalah entitas Myoho-renge-kyo. Karena saya mengalami sendiri pengalaman yang sangat menyakitkan, saya benar-benar mencurahkan perhatian penuh kepada pasien yang berkonsultasi karena saya tidak ingin mengabaikan gejala apapun dan selalu ingin mendukung para ibu yang sangat tertekan. Reputasi saya mulai meningkat dan wanita hamil mulai berdatangan ke klinik saya dari segala penjuru Togo. Rumah sakit nasional bahkan mengusulkan untuk berkolaborasi dengan saya dan telah meminta saya berbagi pengalaman untuk mengembangkan kemajuan teknologi medis, yang akan melindungi nyawa perempuan dan anak-anak. Kami akhirnya melihat pengembangan kursus pelatihan bagi tenaga ahli wanita.

Reputasi klinik saya juga menarik perhatian sebuah saluran televisi nasional, yang menginginkan saya tampil pada program untuk menjawab berbagai pertanyaan medis. Saya menjawab semua pertanyaan dari penonton dengan ketulusan hati. Program televisi tersebut sangat dipuji dan telah menjadi tayangan 30 menit tetap setiap hari Rabu dan Jumat. Penonton televisi memanggil saya ‘Mama Ida’. Program ini sekarang ditayangkan melalui satelit sehingga pertanyaannya datang dari Pantai Gading, Kamerun, Burkina Faso dan bekas koloni Perancis di Afrika, dan juga dari Eropa, Amerika Serikat dan Asia. Mengetahui telah membantu ibu-ibu di seluruh dunia telah membuat saya sangat bahagia dan memberi saya manfaat besar.

SGI-Togo terus berkembang dengan kuat saat ini dan memiliki gedung kantor pusat administrasi dan tiga belas pusat regional lainnya. Pada bulan Maret 2016, pembangunan ‘pusat nasional SGI-Togo’ telah selesai. Upacara pembukaan tersebut mendapat sambutan hangat karena kehadiran kepala negara dan anggota-anggota dari negara tetangga.

Satu per satu kami telah menyebarkan Hukum Gaib dan telah melihat perkembangan besar dalam jumlah anggota. Kami memulai gerakan untuk kosenrufu tiga puluh lima tahun yang lalu dari satu orang dan sekarang ada lebih dari 2.700 anggota di Togo. Waktunya telah tiba bagi abad baru Afrika, seperti yang dikatakan Ikeda Sensei. 

Saya yakin bahwa orang-orang menunggu Buddhisme Nichiren, untuk kebahagiaan dan keadilan bagi Afrika. Dengan menggunakan bimbingan humanistik Presiden Ikeda sebagai dasar, kita tidak akan gagal menarik sejumlah besar generasi muda, yang akan memungkinkan kita membangun kebahagiaan dan menciptakan era baru kosenrufu di seluruh dunia.

 

Sumber: Art of Living, Agustus 2017

 

1 Terjemahan Tentatif

Ida (baris ketiga, ketiga dari kiri) pada pertemuan di Jepang, 2017