Menu
Komunitas

Komunitas

Mengubah Karma Menjadi Misi Meraih Impian

Dalam hidup saya selama 36 tahun, saya telah mengalami banyak tantangan. Pertama adalah 15 tahun yang lalu, ketika saya memberitahu orantua dan teman-teman bahwa saya menyukai pria. Saya sangat berejeki karena semua orang menerima hal ini dengan sangat baik, dan memberikan dukungan dan kasih sayang mereka. 

Namun agama yang saya peluk sejak kecil tidak dapat menerima saya apa adanya. Di usia 21 tahun, saya merasa terdampar di gurun spiritual yang gersang, tidak tahu harus ke mana. Dalam 10 tahun berikutnya, saya mempelajari berbagai agama demi menemukan sesuatu yang sejalan dengan gagasan ideal dan moral saya. Sayangnya saya masih belum beruntung dalam pencarian itu. Akibat pekerjaan, saya harus meninggalkan kampung halaman saya di Amerika, dan pindah ke Toronto. Saya bekerja sebagai motivator untuk sebuah badan sosial bernama “Me to We” (terjemahan tentatif: Saya Menjadi Kita).

Pada waktu itu, organisasi tersebut menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang pindah dari luar daerah untuk bekerja di Toronto. Di situlah saya bertemu dengan Alex Meers. Dia pada akhirnya bukan hanya menjadi teman terbaik saya, tetapi juga mengenalkan saya pada Buddhisme Nichiren Daishonin dan pada berbagai petualangan lain yang menakjubkan.

Kami berdua bekerja di tempat yang luar biasa tetapi juga bisa membuat kami stres berat. Dalam satu tahun saya harus bepergian selama 200 hari. Meski terkesan mewah tetapi sebenarnya sangat melelahkan. Saya dan Alex dengan cepat menjadi teman akrab. Setiap kali menghadapi kesulitan maupun tekanan, Alex terlihat selalu kalem dan tenang, dan dapat menghadapi situasi apapun dengan baik. Biasanya saya akan menjadi sangat mudah kesal ketika menghadapi tekanan, sehingga saya sangat ingin mengetahui bagaimana Alex bisa bersikap begitu tenang dalam menghadapinya. Saat itulah, dia mengenalkan kepada saya organisasi SGI dan mengajarkan saya berdaimoku. Dari situlah saya memulai perjalanan revolusi manusia saya.

Apabila tidak keluar kota, saya akan menghadiri kelas pengenalan Buddhisme di Pusat Kebudayaan SGI Kanada di Toronto dan mulai berdaimoku sendiri. Hal ini berlangsung hingga sekitar satu tahun. Dalam kurun waktu itu, saya, Alex dan seorang teman lainnya yang bernama David meluncurkan sebuah kampanye bernama “Redefine Possible” untuk mengumpulkan dana setengah juta dolar untuk air bersih di Afrika Timur dengan mendaki Gunung Kilimanjaro setinggi 5.895 meter.

Saya mendaki Kilimanjaro dengan kedua tangan dan kursi roda. Ini sungguh tidak mudah! Ternyata mendaki gunung epik ini jauh lebih sulit daripada yang kami bayangkan. Hal ini dikarenakan saya harus berjalan dengan kedua tangan di hampir sepanjang perjalanan dan teman-teman harus menggendong saya apabila saya tidak sanggup lagi.

Selama beberapa hari pertama saya benar-benar bersusah payah, gelisah, dan bukan diri sendiri. Saya menyadari bahwa kami belum berdaimoku sejak tiba. Ini sudah hari ketiga dari delapan setengah hari rencana pendakian kami. Ketika tiba di perkemahan saya memberitahu Alex bahwa saya perlu berdaimoku. Kami mengundang David untuk ikut dan berjalan menjauhi perkemahan. Kami menemukan sebuah batu besar yang menghadap lautan awan, seperti sedang mengawasi dunia di posisi yang begitu tinggi. Kami berdaimoku selama 15 menit penuh. Saya menyadari bahwa agama inilah yang saya cari dan memutuskan untuk menjadi anggota SGI. 

Kami akhirnya mencapai puncaknya, meskipun Alex dan David sakit keras akibat kekurangan oksigen di tempat tinggi. Saat itu kami telah melampaui target kami untuk mendanai air bersih bagi 12.500 orang di Afrika Timur seumur hidup mereka.

Beberapa bulan setelah kami pulang saya menerima Gohonzon dan menjadi anggota SGI. Saya tidak hanya terpesona oleh ajaran dan prinsip-prinsio dasar agama ini, tetapi untuk pertama kalinya, sebagai pria pencinta sesama jenis, saya merasa menemukan praktik spiritual yang menerima saya apa adanya. Manfaat lainnya ketika saya mulai mempelajarinya adalah saya bisa menerapkannya dalam pekerjaan yang telah saya lakukan selama sembilan tahun terakhir. Saya bekerja untuk sebuah organisasi yang memberdayakan orang-orang untuk mengubah dunia. Namun yang lebih penting lagi adalah saya bisa terus menggunakan kisah dan pekerjaan saya untuk menyebarkan kosenrufu. Saya tahu pekerjaan saya penting, tetapi saya baru benar-benar merasakan dampaknya yang lebih besar setelah menyadari pekerjaan saya bisa mewujudkan “perdamaian dunia lewat pemberdayaan orang lain”. 

Saya mulai berdaimoku, baik secara lantang maupun dalam hati, setiap kali sebelum menyampaikan pidato motivasi untuk memberdayakan orang-orang menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri dan untuk menyadari bagaimana mereka juga bisa menyebarkan kosenrufu. Saya mulai memperdalam keyakinan saya dan untuk pertama kalinya menghadiri Konferensi Pemuda di Balai Caledon SGI Kanada untuk Kebudayaan dan Pendidikan di tahun 2016. Pelatihan ini benar-benar menanamkan sukacita dan kepercayaan diri yang baru dalam praktik saya. Saya bertekad untuk kembali mengikuti pelatihan pemuda ini, yang berhasil saya penuhi Juni 2017 yang lalu, dan terus menyebarkan kosenrufu melalui pekerjaan saya.

Tahun 2017 ternyata menjadi salah satu tahun yang paling sulit, karena saya harus terus berpergian dan juga kecewa dengan hasil pemilu di negara asal saya, Amerika Serikat, yang tidak sesuai harapan saya. Selain itu, berbagai perubahan di tempat kerja juga membuat saya merasa sendirian, tanpa ada dukungan apapun dan tidak tahu harus mencari bantuan ke mana. Saya mulai berdaimoku dengan lebih keras lagi dan berusaha untuk bersyukur bahwa kali ini saya bisa memfokuskan rasa frustrasi dan kesedihan saya ke dalam daimoku.

Akan tetapi, setelah beberapa bulan pun tidak ada yang berubah dan saya merasa segalanya semakin parah. Namun saya terus berdaimoku dan pada musim semi yang lalu segalanya perlahan-lahan mulai menunjukkan perubahan. Saya menyadari bahwa saya sedang melewati satu lagi revolusi manusia besar-besaran seperti yang saya alami dan Kilimanjaro. Sangatlah penting bagi saya untuk menyadari betapa kuatnya setiap individu yang mengeluarkan sifat Buddha bawaan dalam dirinya dan menjaga nyala api itu tetap terang.

Saya tidak tahu gunung apa yang akan saya daki berikutnya, tetapi saya merasa percaya diri dan tenang bahwa kepercayaan dan praktik Buddhisme Nichiren akan selalu ada bersama saya dalam pendakian berikutnya. Seperti dorongan semangat Ikeda Sensei dalam pesannya untuk Konferensi Pemuda Caledon tahun 2017:

“Tempat yang sudah gelap selama ratusan, ribuan atau puluhan ribu tahun pun dapat diterangi dengan sebuah lentera” (WND-1, hlm. 932). Sama seperti satu nyala api akan selalu menerangi kegelapan, Hukum Gaib memungkinkan setiap orang untuk mengubah hidup yang penuh masalah dan penderitaan yang tiada habis-habisnya. Hukum agung ini memungkinkan kita untuk bersinar paling terang, dan menjalankan hidup yang paling bermakna dan paling bernilai bersama teman-teman kita.