Menu
Filosofi

Konsep-Konsep Buddhisme

Mencapai Kebuddhaan dalam Kehidupan Sekarang Menjadi Buddha Di Sini dan Sekarang Juga

Konsep #4: Mencapai Kebuddhaan dalam Kehidupan Sekarang
Menjadi Buddha Di Sini dan Sekarang Juga

 

Kebanyakan dari kita mungkin mulai memeluk Buddhisme untuk mengatasi suatu masalah atau mencapai impian yang tampak jauh dari jangkauan. Menjadi tercerahkan, atau "mencapai Kebuddhaan" mungkin tidak ada dalam daftar target hidup kita.

Akan tetapi, tidak peduli apa pun alasan awalnya, mencapai Kebuddhaan—semacam kebahagiaan mendalam yang tak terhancurkan—tetaplah menjadi tujuan hidup yang utama bagi umat Buddhisme Nichiren. Di sinilah terletak pandangan revolusioner Buddhisme Nichiren tentang Kebuddhaan: Setiap orang, terlepas dari siapa pun dirinya, memiliki sifat Buddha.

Buddhisme Nichiren juga mengajarkan prinsip "pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan sekarang". Aliran-aliran Buddhisme yang lain mengajarkan bahwa menjadi Buddha merupakan sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari, sesuatu yang hanya terjadi setelah kita mati atau sesudah menjalani pertapaan Buddhis yang berat selama masa hidup yang tak terhitung dalam jangka waktu yang tak terbayangkan.

Untungnya, Buddhisme Nichiren memberi kita cara untuk menjadi Buddha dalam kehidupan ini.

"Tidak Satu Pun yang Tidak Mencapai Kebuddhaan"

Nichiren Daishonin berbicara tentang penggalan dari bab "Upaya Bijaksana" Sutra Bunga Teratai, "Jika ada orang yang mendengarkan Hukum [Buddha] ini, tidak seorang pun yang tidak mencapai Kebuddhaan" (The Lotus Sutra and Its Opening and Closing Sutras, 75).

Menurutnya, "Penggalan ini berarti bahwa, jika ada seratus atau seribu orang yang menegakkan sutra ini, tanpa satu pun yang terkecuali, seratus atau seribu orang itu semuanya akan menjadi Buddha" ("Wu-lung dan I-lung", The Writings of Nichiren Daishonin, Jilid 1, 1099).

Gelar "Buddha" berarti "orang yang tersadarkan" dan merujuk pada kondisi batin atau suasana jiwa—yang melimpah dengan kearifan, welas asih, keberanian, dan keyakinan—dari orang yang tersadarkan seutuhnya. Nichiren Daishonin mengajarkan bahwa siapa pun dapat sepenuhnya mencapai kondisi yang tersadarkan ini. Bahkan, kita dapat mewujudkannya saat ini juga dengan melantunkan Nam-myoho-renge-kyo kepada Gohonzon. Jadi, jika semua manusia secara alami memiliki dunia Buddha dalam dirinya, lantas apa artinya "mencapai Kebuddhaan"?

"'Mencapai' berarti membuka atau mengungkapkan" (The Record of the Orally Transmitted Teachings, 126), kata Nichiren Daishonin.

Kita bisa membuka sifat Buddha yang ada dalam diri kita di sini dan sekarang juga, secara apa adanya. Walau sedang menderita, dengan melantunkan Nam-myoho-renge-kyo, kita bisa memunculkan harapan dan keyakinan. 

Oleh sebab itu, pencerahan bukanlah sesuatu yang kita dapatkan suatu saat nanti pada masa depan yang jauh, juga bukan menjadi Buddha yang bagaikan manusia super yang istimewa. Mencapai Kebuddhaan berarti tersadarkan pada kualitas-kualitas diri bawaan kita yang menakjubkan. Artinya adalah hidup dengan cara yang paling memuaskan batin, unik, dan jujur pada diri kita sendiri.


Revolusi Manusia: Ungkapan Kebuddhaan pada Masa Modern
 

Mewujudkan Kebuddhaan melalui pelantunan Nam-myoho-renge-kyo juga merupakan proses memurnikan jiwa kita, memunculkan kekuatan inheren kita seutuhnya dan memanfaatkan kekuatan itu sebaik-baiknya. Melalui proses ini, kita memunculkan daya hidup yang paling kuat, memungkinkan kita menjadi tak terhentikan oleh kesulitan atau halangan apa pun.

Pada kenyataannya, dengan melantunkan Nam-myoho-renge-kyo dan berjuang mengatasi tantangan, kita akan makin jauh memurnikan dan menguatkan jiwa kita, mendapatkan kesejahteraan fisik dan mental yang makin besar.

Presiden kedua Soka Gakkai, Josei Toda, menggambarkan pencapaian Kebuddhaan sebagai "revolusi manusia", sebuah proses perubahan dan pertumbuhan diri yang mendalam dan berkelanjutan. Ikeda Sensei menyarankan tujuh indikator untuk mengukur revolusi manusia kita: kesehatan, jiwa muda, rezeki, kearifan, hasrat hidup, keyakinan, dan kemenangan. Ikeda Sensei menyoroti "pengembangan welas asih sebagai fondasi dasar yang mencakupi tujuh elemen tersebut" (The Wisdom for Creating Happiness and Peace, bagian 2, 13).

"Panjangnya Usia [Sang Tathagata]", bab ke-16 Sutra Bunga Teratai, berakhir dengan pernyataan Buddha Sakyamuni, "Saya senantiasa berpikir dalam hati: Bagaimanakah saya bisa menyebabkan makhluk hidup memasuki jalan tak tertandingi dan secepatnya memperoleh tubuh Buddha?" (LSOC, 273). Di sini, "tubuh" dapat berarti "identitas"; atau "jati diri".

Jadi, Sang Buddha ingin memampukan semua orang menjadi Buddha. Hal ini tidak hanya mengungkapkan welas asih Sang Buddha, tetapi juga rasa tanggung jawabnya yang kuat untuk membantu semua orang menjadi bahagia. Soka Gakkai adalah perkumpulan orang-orang yang berdedikasi mewujudkan keinginan dan prasetia Buddha Sakyamuni dan Nichiren Daishonin ini. Pada skala yang lebih luas, kita menyebutnya sebagai kosen-rufu, atau terwujudnya perdamaian dunia dan kebahagiaan seluruh umat manusia melalui kebahagiaan setiap individu.

Ikeda Sensei menulis sebagai berikut.

Ketika kita menghadapi masalah dan tantangan, mendoakannya dengan melantunkan Nam-myoho-renge-kyo, dan mencurahkan usaha berdasarkan rasa tanggung jawab besar untuk kosen-rufu, maka Kebuddhaan atau kondisi batin yang didasarkan pada Nam-myoho-renge-kyo, yang Daishonin wujudkan dalam dirinya, pasti akan terwujud dalam kehidupan kita. (The Wisdom for Creating Happiness and Peace, bagian 3, 42)
 

Mungkin pencapaian Kebuddhaan bukanlah prioritas utama kita saat mulai memeluk Buddhisme. Namun, seiring kemajuan kita dalam pengamalan ajaran Buddha, kita dapat mengembangkan kemampuan untuk benar-benar peduli pada orang lain, pada kosen-rufu dan perdamaian, serta menikmati kebahagiaan sejati yang abadi.