Menu
Komunitas

Komunitas

Perspektif
Salahkah Bila Saya Mengejar Kenyamanan Ekonomi sebagai Standar Kebahagiaan?
Artikel

Ibu Herna, Ketua Divisi Ibu Soka Gakkai Indonesia 

Sebelum kita membahas pertanyaan ini, mari kita membahas tentang mengejar kenyamanan ekonomi ataupun kesuksesan karir. 

Sebagai manusia biasa, tentu mengejar kenyamanan ekonomi adalah hal yang wajar. Peningkatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarga sangatlah penting. Apalagi anak muda yang sedang meniti karir demi meraih kesuksesan di zaman sekarang adalah hal yang membanggakan. 

Jika seorang anak muda tidak memiliki ambisi dan hanya bermalas-malasan ataupun seorang kepala keluarga tidak berusaha untuk meningkatkan taraf hidup ekonominya, justru ini menjadi masalah besar. Sebagai makhluk hidup yang memiliki akal dan kecerdasan, sebagai manusia, kita perlu mengerti tujuan hidup yang sesungguhnya.  

Dalam Kearifan untuk Menciptakan Kebahagiaan dan Perdamaian, Ikeda Sensei menyampaikan kata-kata dari pendiri Soka Gakkai, Makiguchi Sensei sebagai berikut: “Ada orang yang ke mana pun selalu mengatakan, ‘Saya menabung uang yang saya inginkan, membeli rumah yang saya dambakan, sehingga sekarang ini saya bisa duduk santai, menikmati minuman, dan memuaskan diri dalam beberapa kemewahan. Dalam hidup, selain hal ini apa lagi yang perlu saya kejar?’ Orang semacam ini tidak memiliki pemahaman mengenai tujuan hidup sesungguhnya.” Mengenai poin ini, Makiguchi Sensei dengan jelas menyatakan: “Tujuan hidup adalah menciptakan nilai tertinggi dan memperoleh kebahagiaan terbesar.”

Apakah definisi kebahagiaan manusia? Ada pepatah Thailand yang mengatakan, “Kebahagiaan palsu membuat manusia menjadi angkuh dan arogan. Kebahagiaan sesungguhnya membuat manusia gembira dan memenuhi hati mereka dengan kearifan dan welas asih.”

Apakah kita bahagia karena kita kaya raya? Sudah banyak orang yang telah membiarkan hidup mereka rusak karena uang.

Lalu kita kembali ke pertanyaan awal, apakah mengejar kenyamanan ekonomi ataupun kesuksesan karir bertentangan dengan Buddhisme yang mengajarkan bahwa harta hatilah yang paling penting?

Mari kita sama-sama belajar dari bimbingan Ikeda Sensei dengan mengambil kata-kata dari Toda Sensei yang menekankan pentingnya kebahagiaan mutlak melebihi kebahagiaan relatif. Kebahagiaan mutlak bukanlah bagaimana kita membandingkan diri dengan orang lain, dan juga bukan kebahagiaan sementara seperti ilusi yang memudar seiring dengan berlalunya waktu. 

Toda Sensei mengajarkan agar kita melaksanakan Buddhisme Nichiren untuk memperoleh suasana jiwa yang senantiasa bisa merasa bahwa hidup itu sendiri adalah suatu kegembiraan, tidak peduli apa pun situasi yang mungkin kita hadapi. Saat kita memperoleh suasana jiwa itu, kehidupan kita akan meluap dengan kegembiraan, kearifan, dan welas asih yang tidak terlampaui—tepat seperti yang dikatakan pepatah Thailand: “Kebahagiaan sesungguhnya membuat manusia gembira dan memenuhi mereka dengan kearifan dan welas asih.”

Ketika kita melantunkan Nam-myoho-renge-kyo, harapan dan kekuatan untuk selalu hidup secara positif meluap dalam diri kita. Buddhisme mengajarkan bahwa keinginan duniawi adalah pencerahan. Lewat kepercayaan pada Hukum Nam-myoho-renge-kyo, kita bisa mengembangkan kemampuan untuk mengubah segala hal yang negatif dalam hidup kita menjadi hal yang positif. Kita bisa mengubah semua masalah menjadi kebahagiaan, penderitaan menjadi kegembiraan, kecemasan menjadi harapan, dan kekhawatiran menjadi ketenangan hati. Kita akan selalu bisa menemukan jalan untuk maju.

Kita mengenal dua jenis kebahagiaan: kebahagiaan mutlak dan kebahagiaan relatif. Kebahagiaan mutlak adalah mencapai kesadaran Buddha. Kebahagiaan relatif berarti satu per satu keinginan kita setiap hari terpenuhi—misalnya, keinginan untuk memiliki uang yang banyak, mendapatkan pasangan yang luar biasa, memiliki anak-anak yang baik, rumah atau pakaian yang bagus, dan seterusnya. Kebahagiaan demikian tidak memiliki makna yang penting. Namun kebanyakan orang yakin bahwa inilah arti menjadi bahagia.

Jika demikian, apakah yang merupakan kebahagiaan mutlak?  Kebahagiaan mutlak berarti menjadi hidup dan merasakan kehidupan itu sendiri adalah suatu kegembiraan. 

Kebahagiaan ini juga menunjukkan suatu kondisi yang bebas dari kecemasan keuangan dan menikmati kesehatan baik yang prima, ada kedamaian dan keharmonisan dalam keluarga, dan bisnis pun makmur, serta apa pun yang kita lihat dan dengar memberi kita perasaan senang dan gembira yang menakjubkan. Ketika kita mencapai suasana jiwa demikian, dunia ini, dunia saha yang sarat kemelut, akan menjadi tanah suci. Inilah apa yang kita sebut mencapai suasana jiwa dunia Buddha. 

Bagaimana kita bisa mencapai hal ini? Kita harus beralih dari mengejar kebahagiaan relatif menjadi kebahagiaan mutlak. Hanya pelaksanaan Buddhisme Nichiren kita yang bisa membuat ini terjadi. Ikeda Sensei mengatakan, “Saya bekerja mati-matian untuk berbagi kebenaran ini dengan orang lain; maka itu saya berharap Anda pun akan memiliki keyakinan penuh kata-kata saya ini dan menjalani kehidupan yang [berkebahagiaan mutlak] seperti ini.”

Tujuan hidup kita adalah untuk mewujudkan kebahagiaan semacam ini, dengan kata lain, kebahagiaan mutlak. Kebahagiaan mutlak adalah sesuatu yang tidak berubah seiring waktu; sifatnya abadi dan tak terpengaruh faktor luar, meluap dari dasar jiwa kita. Kebahagiaan mutlak bukanlah hal yang bersifat sementara seperti status dan kekayaan duniawi atau semacam kepuasan fana lainnya.

Yang penting adalah hidup sesuai dengan Hukum Nam-myoho-renge-kyo dan memperoleh suasana jiwa yang tinggi berdasarkan Hukum Nam-myoho-renge-kyo. Suasana jiwa yang kita peroleh, seperti Hukum Nam-myoho-renge-kyo itu sendiri, adalah abadi. Sebagai pelaksana Buddhisme Nichiren, kita bisa membuka jalan sebagai pemenang kehidupan selama-lamanya.

“Harta hati” yang kita kumpulkan lewat pelaksanaan Buddhisme Nichiren kita akan terwujud dalam kehidupan kita seiring berjalannya waktu sebagai “harta badan” dan “harta gudang” (bdgk. WND-1, 851).