Previous
Ketika kita berusaha untuk berhasil dalam suatu upaya yang bernilai, kita pasti akan menghadapi tantangan dan kesulitan. Belajar dari guru atau mentor luar biasa yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan kearifan yang melimpah memberi kita peluang yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang bagus. Kita bisa melihat bukti dari hal ini dalam sejarah umat manusia dan dalam pengalaman kita sendiri.
Guru atau mentor semakin penting dalam mempraktikkan Buddhisme Nichiren. Tujuan hakiki Buddhisme adalah membangkitkan kemampuan dalam diri semua orang untuk memunculkan potensi pencerahan mereka, sumber kebahagiaan yang tak terhancurkan dalam diri mereka. Tujuan ini mengalami kristalisasi dalam “prasetia” Sang Buddha yang ditemukan dalam kitab Sutra Bunga Teratai: “Saya berprasetia, berharap membuat semua orang setara dengan saya, tanpa perbedaan apa pun di antara kami” (The Lotus Sutra and Its Opening and Closing Sutras, hlm. 30).
Sungguh membesarkan hati bahwa Sang Buddha berprasetia untuk membuat kita setara dengannya—untuk memungkinkan kita menikmati pencerahan agung yang sama dengannya. Guru atau mentor sejati dalam Buddhisme harus memiliki prasetia ini.
Namun, baik kitab Sutra Bunga Teratai maupun Nichiren Daishonin menyatakan secara jelas bahwa praktik ajaran Buddha tidaklah sempurna jika kita hanya mencari keuntungan pribadi. Saat kita memegang prasetia yang sama dengan Sang Buddha dan berjuang untuk membuat kita sendiri dan orang lain setara dengan Buddha, kita dapat menikmati kondisi kebahagiaan tertinggi yang Sang Buddha harapkan bagi kita. Mengambil tindakan berdasarkan semangat ini dikenal sebagai “kesatuan guru dan murid.”
Hal ini tentu saja cukup sulit dan menantang. Kita perlu mengaktifkan kekuatan kita—misalnya, memunculkan keberanian saat kepengecutan terasa lebih muda, ataupun menemukan welas asih saat ketidakpeduliaan menjadi kelaziman.
Nichiren menulis banyak surat kepada murid-muridnya dan menunjukkan sepanjang hidupnya bahwa mendedikasikan diri untuk prasetia ini pasti akan mengundang rintangan dan penolakan, baik yang berasal dari ketidaktahuan atau kenegatifan dalam pikiran kita sendiri maupun dari orang-orang di sekitar kita.
Memenuhi prasetia untuk menyebarkan Buddhisme dan menyadarkan orang-orang pada potensi terbesar mereka adalah upaya yang sulit. Inilah sebabnya kita membutuhkan sumber inspirasi yang tak tergoyahkan. Mencari dan belajar dari seorang mentor yang secara konsisten hidup sesuai dengan prasetia ini akan membantu kita memunculkan harapan, keberanian dan kearifan yang kita butuhkan untuk terus maju. Saat kita bertekad untuk berpegang teguh dan memupuk prasetia yang tak pernah padam untuk kebahagiaan orang lain seperti mentor kita, kita akan membangkitkan kekuatan dan kemampuan yang luar biasa dalam diri kita. Inilah sebabnya hubungan guru-murid sangat penting untuk praktik Buddhisme yang benar dan bermanfaat.
Murid-lah yang memainkan peran yang paling penting. Hubungan ini akan dikukuhkan apabila murid bangkit dan memperjuangkan prasetia yang sama dengan mentor. Inilah inti dari Buddhisme.
Ketika pelaksana Buddhisme mencari dorongan semangat dari mentor, lalu berdoa untuk mewujudkannya dan mengambil tindakan berdasarkan doa tersebut, mereka akan terus menerus mengubah semua penderitaan mereka menjadi sukacita, mengubah dan memajukan hidup mereka dan masyarakat secara positif.
Sumber Artikel ; Terjemahan dari World Tribune ( Surat Kabar Online SGI-USA)