Menu
Komunitas

Komunitas

Perspektif
Perjuangan Melawan Kenegatifan dalam Hidup Kita
Artikel

Pertanyaan: Saya melihat Buddhisme sebagai agama yang damai. Namun mengapa di SGI, saya sering mendengar istilah seperti: “perjuangan,” “pertarungan” atau “menang atau kalah”? Apa yang sebenarnya diajarkan Buddhisme? 

Jawaban: 

Tujuan dari praktik Buddhis adalah agar setiap orang menjadi bahagia. Banyak orang menganggap bahwa kebahagiaan berarti “segalanya berjalan lancar,” merasa puas dalam hidup dan mempunyai sedikit permasalahan saja. Namun, Buddhisme Nichiren Daishonin mengajarkan hal yang berbeda. Melalui teladan hidup Nichiren Daishonin, kita akan melihat bahwa perjalanan untuk mencapai kebahagiaan dan membantu orang lain untuk menjadi bahagia bukanlah tugas yang mudah.

Di dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Perihal Gerbang Naga,” Nichiren mengumpamakan pencapaian pencerahan dengan sulitnya ikan karper memanjat puncak air terjun berbahaya untuk menjadi seekor naga. Hanya ikan karper yang mampu melawan arus deras yang dahsyat inilah yang dapat berubah menjadi naga dan memperoleh kekuatan yang dapat mengatur hujan dan petir.

Seperti yang Nichiren Daishonin tunjukkan melalui cerita ikan karper, mengapa kita harus berjuang untuk mencapai kebahagiaan mutlak atau pencerahan Buddha? Presiden SGI Daisaku Ikeda berkata: “Bertekun dalam keyakinan [Buddhis] di zaman kotor Masa Akhir Dharma ibarat berenang melawan arus yang kuat untuk mencapai hulu. Melawan kekuatan negatif yang disebabkan keinginan duniawi dan kegelapan hakiki dalam diri kita merupakan perjuangan yang sudah cukup sulit. Sakyamuni mengumpamakan kekuatan-kekuatan negatif ini sebagai arus deras atau banjir bandang. Nichiren Daishonin menjelaskan bahwa situasi ini akan lebih terasa di Masa Akhir Dharma. Pada masa itu, kearifan dan kecerdasan manusia yang tampak sangat luar biasa pun bisa ditenggelamkan oleh ombak impuls menyesatkan yang diperburuk tiga racun, yaitu keserakahan, kemarahan dan kebodohan—gelombang yang semakin membesar dan menyebabkan kerusakan besar sebagai pasukan iblis [atau kekuatan negatif]” (The Hope-filled Teachings of Nichiren Daishonin, hlm. 120).

Dengan kata lain, untuk mendobrak kegelapan dan kesesatan yang ada dalam hati kita dan juga dalam masyarakat, kita harus bertarung melawan kenegatifan yang menghalangi kita. Oleh karena itu, di dalam praktik agama Buddha kita, istilah “pertarungan” “perjuangan” dan “menang atau kalah” mengacu pada perjuangan batin melawan kenegatifan dalam hidup kita dan orang lain. Istilah-istilah ini membangkitkan keuletan dan semangat untuk merintis jalan demi perdamaian dan keadilan. Perasaan yang sama juga tercermin dalam kata-kata dari Albert Camus, seorang ahli filsafat dan penulis asal Perancis, yang mengatakan, “Perdamaian adalah satu-satunya pertarungan yang layak kita perjuangkan,” dan juga dalam kata-kata Martin Luther King Jr., seorang pemimpin gerakan hak sipil, yang menyatakan, “Perubahan tidak bergulir dengan roda keniscayaan, tetapi dicapai melalui perjuangan yang tiada henti.”

Lebih jauh lagi, ketika kita mengamati hidup Nichiren Daishonin dan tiga guru Soka Gakkai, jelaslah bahwa mereka pun berjuang dengan segenap jiwaraga melawan kekuatan negatif yang berusaha merendahkan kemuliaan bawaan manusia. Sebagai pelaksana Buddhisme Nichiren, kita mewarisi misi yang sama dengan mereka. Praktik Buddhis memungkinkan kita untuk mewujudkan keberanian, welas asih dan kearifan dari dalam jiwa kita selagi kita berjuang untuk membantu orang lain mewujudkan keagungan hidup mereka.

(Catatan kaki : Istilah masa akhir dharma diartikan sebagai Suatu "masa pertengkaran dan pertikaian," ketika para biksu mengabaikan sila dan terus berselisih di antara mereka sendiri, ketika pandangan yang menyesatkan tersebar luas, dan ketika ajaran Sakyamuni akan "dilupakan dan hilang.")

Diterjemahkan dari website worldtribune.org (publikasi SGI-USA)