Menu
Komunitas

Komunitas

Mengubah Karma Menjadi Misi Meraih Impian

Mama telah saya meninggal sejak saya kelas 2 sekolah dasar. Saya tinggal bersama Papa dan adik laki-laki saja, dan besar di lingkungan keluarga yang semuanya laki-laki. Sejak kami sekeluarga pindah ke Jakarta, saya berubah menjadi seorang remaja yang menyukai kekerasan seperti berkelahi dengan teman-teman. Bagi saya segala sesuatu harus dilawan dengan kekerasan. Sejak sekolah saya suka dipalak, dibully oleh orang-orang sekitar saya, tetapi saya tidak berdiam diri. Bagi say

a, kekerasan adalah perlawanan saya dan berkelahi adalah salah satu cara untuk mempertahankan diri agar saya tidak diremehkan orang lain. Saat kecil saya berpikir bahwa, daripada barang saya diambil semena-mena oleh mereka, lebih baik saya mati-matian berkelahi dengan mereka, apalagi bila mereka menyinggung mengenai Mama saya yang telah meninggal, hati saya sangat sedih dan pastinya saya langsung berkelahi dengan mereka. Dengan berkelahi, mereka akan takut dan saya bisa melindungi diri.

Saya sangat berterima kasih bertemu teman saya Erwin Ho saat duduk di kelas 2 SMA. Saya selalu bertekad untuk mengubah hidup saya. Saya sangat lelah menjadi anak remaja yang suka berkelahi tetapi tidak tahu bagaimana caranya mengubah hidup saya. Erwin adalah teman yang baik dan lucu. Sebelum menjadi anggota Soka Gakkai, saya selalu terlalu tertarik dengan filosofi Buddhis tetapi belum benar-benar paham mengenai ajaranya. Terkadang banyak pertanyaan yang menggantung di pikiran saya mengenai pandangan Buddhis, tetapi bagi saya ajaran Buddhis sangat masuk akal.

Karena hubungan pertemanan saya semakin dekat dengan Erwin, dia mengajak saya untuk menghadiri pertemuan di Soka Gakkai. Pertama kali saya menghadiri pertemuan, salah satu pimpinan Soka Gakkai Indonesia mengatakan bahwa setiap orang memiliki potensi Buddha dan bisa mencapai kesadaran Buddha di saat ini juga. Sebelumnya, saya pernah mendengarkan dari aliran Buddhisme yang lain bahwa kesadaran Buddha hanya bisa dicapai dengan melepaskan kehidupan duniawi dan bahwa wanita tidak bisa menjadi Buddha. Tetapi setelah mendengarkan penjelasan dari pimpinan Soka Gakkai, pertanyaan saya mengenai ajaran Buddhisme yang sesungguhnya pun terjawab. Apa yang diajarkan sangat jelas dan masuk akal. Saya semakin senang mempelajari Buddhisme ini, apalagi setelah mendengar konsep Sepuluh Dunia yang menurut saya sangat luar biasa. Mama Erwin mengatakan kepada saya, “Andrew, kamu sudah belajar hati kepercayaan ini. Bagaimana bila kamu mulai mencoba untuk mempraktikkannya dalam hidup dengan menyebut Nam-myoho-renge-kyo? Coba kamu buktikan sendiri apakah bisa mengubah suasana jiwa kamu dan cobalah mulai menulis tekadmu”. Dengan dorongan semangat dari Mama Erwin saya pun mulai berdaimoku, dan benar saja pelan-pelan suasana jiwa dan pemikiran saya berubah tanpa saya sadari.

Sejak berdaimoku, mulai timbul kearifan dalam diri saya. Saya bisa lebih bijak berpikir sebelum memutuskan untuk bertindak. Secara perlahan saya mulai berempati terhadap orang lain. Saya memikirkan perasaan orang yang saya pukul, dan merasa daripada saya membuat orang lain marah dan sedih karena saya selalu ajak berkelahi, lebih baik saya menciptakan suasana yang gembira di sekolah. 

Hal yang luar biasa adalah saya menjadi dekat dengan teman-teman yang lain dengan melontarkan candaan yang membuat mereka tertawa, bagi saya hal tersebut membuat hidup saya jauh lebih gembira daripada terus menerus berkelahi. Saya pun memutuskan untuk lebih berfokus pada pelajaran di sekolah, dengan mulai duduk paling depan untuk bisa mendengarkan guru dan ingin lebih rajin belajar bersama Erwin. 

Setelah melihat perubahan saya, teman-teman yang lain pun ikut duduk di depan dan jadi rajin belajar. Dulu saya sering menyontek tetapi kini berkompetisi sehat untuk mendapatkan nilai terbaik dengan teman-teman di sekolah. Perubahan positif yang saya lakukan ternyata membuat lingkungan saya berubah, seperti Ikeda Sensei katakan dalam novel Revolusi Manusia Baru, “Tidak ada ajaran Buddhisme yang sesungguhnya tanpa ada tindakan nyata”.

Setelah 4 bulan mengikuti pertemuan di Soka Gakkai, saya pun mulai aktif dan berjuang di grup Sokahan, menjadi pimpinan pemuda chiku dan bertugas dalam Grup Benteng Pena (grup dokumentasi Soka Gakkai Indonesia). Awalnya saya ragu untuk masuk karena saya belum ada sama sekali pengalaman mengoperasikan kamera dan camcorder, tetapi para senior terus dengan sabar membimbing saya sehingga sampai sekarang saya pun siap membantu dan berjuang di grup Benteng Pena.

Seiring dengan hati kepercayaan saya yang bertumbuh, karier saya pun semakin berkembang. Awalnya saya adalah karyawan biasa di suatu perusaan mebel dan kemudian pindah ke perusahaan penyedia lampu. Tahun pertama dan kedua di perusahaan lampu sangatlah menantang, saya harus bekerja sampai larut malam dan sabtu-minggu pun terkadang saya harus bekerja. Bekerja seperti ini tentu saja membuat saya sulit untuk bisa melakukan kegiatan kosenrufu. Saya berdaimoku untuk bisa mendapat jalan keluar dari situasi tersebut. Tiba-tiba di tahun ke-3 manajer saya keluar dari perusahaan dan digantikan oleh manajer yang lebih fleksibel mengenai jam kerja. Baginya, yang penting adalah pekerjaan saya bisa diselesaikan tepat waktu. Ini merupakan bukti nyata dari daimoku saya.

Menjelang Pameran Sutra Bunga Teratai, saya sudah bertekad jauh-jauh hari sebelumnya bahwa saya harus ikut berjuang menjadi pemandu ataupun bertugas di grup dokumentasi. Saya sempat berpikir untuk berhenti kerja bila tidak diijinkan untuk cuti karena sebelumnya saya juga sempat mempertimbangkan untuk keluar dari perusahaan. Saya ingin keluar karena saya sangat lelah menghadapi permainan kotor dari para kompetitor yang seringkali menjegal dan mencari cara-cara licik untuk mendapatkan projek dari klien, segala cara dilakukan oleh mereka untuk menghalangi perusahaan saya dan menyulitkan kami di lapangan. 

Saya minta ijin kepada atasan untuk mengambill cuti selama pameran di Universitas Indonesia dengan alasan yang jujur karena saya harus menjadi pemandu di Pameran Sutra Bunga Teratai. Tak disangka atasan mengijinkan saya asalkan pekerjaan diselesaikan dengan baik. Saya berjuang dengan sungguh-sungguh dalam pameran, mengatur pekerjaan sebaik-baiknya sehingga bisa bertugas dengan maksimal dalam pameran. 

Tanpa disangka, saya mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Deputi General Manager setelah pameran di UI berakhir. Atasan memberikan kenaikan jabatan ini agar saya lebih mudah bertemu dengan pemilik-pemilik business di lapangan dan tidak dianggap remeh ketika menghadapi mereka. Tentu saja ini merupakan karunia besar yang saya dapatkan karena dengan jabatan baru saya menjadi bisa lebih percaya diri untuk bersaing dengan para kompetitor yang licik. Daya tidak akan terpengaruh dengan mereka karena saya memegang Buddhisme yang unggul ini. 

Melalui pelatihan di Soka Gakkai, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga yang bisa saya terapkan di perusahaan saya. Saya tidak terpengaruh dengan cara-cara licik para kompetitor dan memilih cara jujur dalam menghadapi klien. Alhasil klien-klient besar pun lebih percaya kepada perusahaan kami. Saya merasakan inilah karunia rejeki yang sesungguhnya dari Buddhisme, yang memungkinkan kita tak tergoyahkan oleh lingkungan yang  keruh dan terus tumbuh dengan cemerlang. Saya benar-benar sangat berterima kasih kepada Gohonzon. Dengan jabatan baru ini saya lebih mudah untuk bertugas selama pameran karena saya tidak perlu ijin ke banyak pihak. Saya bisa keluar kantor kapanpun asalkan tetap bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan saya.

Melalui belajar jadi pemandu di pameran Sutra Bunga Teratai, saya menjadi semakin yakin akan Buddhisme ini. Saya bertugas menjadi pemandu di bagian 3 yang menceritakan perjuangan Ikeda Sensei dalam melestarikan dan menyebarkan filsafat Sutra Bunga Teratai. Dulunya saya menganggap Ikeda Sensei sebagai sosok yang jauh dari saya walaupun saya menghormatinya. Namun dengan menjadi pemandu di bagian 3, saya semakin mengerti dan berterima kasih atas perjuangan Ikeda Sensei lakukan. Mendapat penghargaan dan pujian-pujian dari berbagai tokoh-tokoh luar biasa ini menandakan bahwa Ikeda sensei benar-benar sangat berjuang untuk menyebarluaskan Sutra Bunga Teratai dan mengambil tindakan nyata untuk mewujudkan perdamaian dunia. Saya sangat bangga memiliki mentor seperti Ikeda Sensei. 

Sebelum saya menjelaskan kepada para anak-anak sekolah yang hadir biasanya saya selalu berdaimoku dalam hati agar mereka bisa mendengarkan dengan fokus dan memahami perjuangan dari Ikeda Sensei. Sensei memberikan dorongan semangat kepada generasi muda “Hati manusia sungguh kompleks; kita tidak bisa membaca apa yang ada di hati orang lain. Setiap orang pasti berubah. Apa yang harus kamu lakukan? Saran saya adalah agar Anda tetap berpegang teguh pada identitas Anda sendiri melalui  hati kepercayaan– ‘Orang lain mungkin berubah, tetapi saya akan tetap menjadi diri sendiri.’ Jika Anda harus dihina atau dikecewakan oleh orang lain, miliki kekuatan karakter untuk berikrar bahwa Anda tidak akan pernah melakukan hal yang sama kepada siapapun.” 

Saya bertekad untuk membangkitkan kembali generasi muda di chiku saya, membahagiakan keluarga dan yang menerima Gohonzon di tahun 2020.