Menu
Komunitas

Komunitas

Mengubah Karma Menjadi Misi Meraih Impian

Saya telah mempraktikkan Buddhisme Nichiren selama sekitar satu tahun. Meskipun dibesarkan dalam keluarga yang dipenuhi kasih sayang dan dukungan, saya tidak pernah puas dengan apa yang saya miliki dan selalu merasa iri terhadap orang lain yang lebih baik dari saya. Saat remaja, saya tidak pernah percaya diri dan selalu mencari pengakuan dari luar untuk merasa bahagia. Pencarian itu membuat saya terjerumus dalam penyalahgunaan alkohol dan obat-obat terlarang selama bertahun-tahun. Saya mengkonsumsi obat penenang dan mencampurnya dengan alkohol. 

Singkat cerita pada tahun 2012, saya menikahi cinta dalam hidup saya. Namun, tanpa sepengetahuan istri saya, saya semakin parah menyalahgunakan obat-obat terlarang. Ketika putra pertama kami lahir pada tahun 2015, saya bertekad untuk berhenti menggunakan obat-obat terlarang dan meningkatkan kehidupan saya sebagai seorang ayah dan pencari nafkah bagi keluarga. Dua bulan menjadi seorang ayah, saya kambuh lagi karena merasa ada yang salah dengan diri saya. Bersih dan bebas dari penyalahgunaan obat-obatan bukanlah hal yang mudah, pikir saya. Pada tahap ini, saya tidak menyadari bahwa kecanduan saya telah memengaruhi saya secara fisik dan neurologis.

Saya diperkenalkan kepada Buddhisme dan SGI oleh supervisor yang saya percayai di kantor. Saya bisa membuka diri tentang masalah yang saya hadapi kepadanya. Selain penyalahgunaan obat-obatan yang berkelanjutan, sejumlah masalah yang menggunung sudah mengintai akibat kepengecutan saya. Hubungan saya dengan istri saya mulai memburuk. Begitu pula hubungan dengan orang tua karena mereka selalu mengomeli saya untuk menafkahi mereka. Ini seperti puncak gunung es, karena semua rasa tidak aman dan rasa tidak hormat saya terhadap keluarga terwujud sebagai ketidakpercayaan diri di tempat kerja.

Atasan saya menyarankan saya untuk melantunkan “Nam-myoho-renge-kyo” setiap hari, lima menit di pagi dan sore hari. Dia mengatakan bahwa praktik ini mampu memberdayakan kita, dan bahwa saya dapat mengubah karma serta mewujudkan masa depan yang lebih baik. Saat itu, saya menepis ajurannya dan terus menyalahkan istri, orang tua, dan lingkungan.

Pada April 2019, saya akhirnya memutuskan untuk mulai melantunkan Nam-myoho-renge-kyo dan menghadiri pertemuan SGI. Kesan pertama yang saya dapatkan pada pertemuan pertama adalah “Orang-orang ini sangat bersemangat untuk hidup dan menang.” Perlahan tapi pasti, saya mulai melantunkan Nam-myoho-renge-kyo dan mengambil bagian dalam pertemuan SGI. Saya mulai melihat perubahan dalam kehidupan saya.

Pertama, saya mulai berani untuk memulai segalanya dari awal. Saya mengawalinya dengan memperbaiki hubungan dengan orang tua. Dari bimbingan Ikeda Sensei dan sesi belajar yang saya ikuti, saya menyadari bahwa saya kurang berterima kasih dan selalu menyalahkan mereka. Saya percaya bahwa bukti nyata dari praktik ini adalah karunia tak kasatmata yang memungkinkan saya dapat menyambungkan hati dengan orang tua saya, bahkan lebih dari itu. Kami mulai lebih banyak berdiskusi dengan tulus. Saya merasa seperti menemukan kembali keluarga yang telah lama hilang. Ternyata saya dapat mengubah segalanya, dari tidak hormat menjadi hormat, dari racun menjadi obat. Tidak menghormati orang tua saya sendiri adalah sama dengan memfitnah Hukum Gaib karena telah meremehkan sifat Buddha mereka dan saya sendiri.

Bukti nyata kedua adalah perubahan pola pikir saya terhadap pekerjaan. Dalam Revolusi Manusia Baru, Toda Sensei berkata, “Orang yang hanya peduli pada gaji hanyalah parasit. Agar layak mendapatkan gaji, perlu mendukung perusahaan dengan bekerja keras.” Bimbingan ini paling berkesan bagi saya. Perlahan-lahan saya memahami penyebab penderitaan dan kurangnya kepercayaan diri saya di tempat kerja--sekali lagi, akibat keserakahan dan kebodohan saya, yang bekerja dengan upaya yang seminimal mungkin. Saya bertekad untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab di tempat kerja dan menjadi lebih berani.

Praktik Buddhis ini juga membantu saya untuk berhenti menyalahgunakan obat-obatan. Saya dapat dengan bangga menyatakan bahwa saya telah bersih dari penyalahgunaan obat-obatan sejak tahun lalu. Saya merasa belum pernah sesibuk ini sebelumnya, dalam hidup dan dalam menciptakan nilai.  Tantangan berat muncul kembali di hidup saya. Pada November 2020, saya diberhentikan dari perusahaan. Saya kembali terpuruk dan merasa sangat tidak berdaya sebagai suami dan ayah dari tiga anak. Ketakutan mulai merayap masuk, keraguan menguasai pikiran saya, dan perasaan tidak berharga kembali menguasai saya.

Bagaimana saya akan membayar uang sekolah anak-anak saya, kebutuhan rumah tangga, dan cicilan kartu kredit? Saya bahkan tidak akan bisa lagi membeli secangkir kopi. Bagaimana orang lain akan melihat saya? Seorang pecundang? Apa yang akan mereka katakan tentang saya? Pada saat itu, saya sangat bergantung pada pengakuan eksternal. Saya membiarkannya mengendalikan saya. Saya tidak bisa melihat diri saya dengan jelas. Kenegatifan saya berulang kali berteriak keras: “Kamu terlalu tua! Kamu  terlalu lambat! Terlalu malas! Terlalu ini dan terlalu itu!” 

Saya akhirnya menantang situasi ini dengan daimoku dan memutuskan untuk tidak membiarkan suara-suara negatif menetap di pikiran saya. Saat berdaimoku saya bertekad, “Saya akan membuang semua keraguan ini. Saya akan mengubah racun ini menjadi obat. Waktunya saya menguji kembali praktik Buddhis ini, memulai kembali masa depan saya, dan mengarahkan kembali kisah-kisah hidup saya sendiri.”

Dengan tekad demikian, saya merasakan ledakan harapan dan kegembiraan. Saya merasa sangat siap untuk memulai langkah baru keesokan harinya. Lantunan Nam-myoho-renge-kyo menghilangkan banyak perasaan negatif yang saya hadapi saat itu. Anehnya, sore berikutnya, saya mendapat telepon dari tim keuangan kantor yang menginformasikan bahwa saya akan menerima pesangon. Saat itu juga, saya merasa penuh harapan, berezeki, dan bersyukur. Keyakinan saya untuk mengejar tahap kehidupan yang selanjutnya semakin kuat. Saya memutuskan untuk tidak membiarkan delapan angin mengendalikan saya, meskipun memiliki cukup uang untuk menopang hidup dan keluarga saya selama beberapa bulan ke depan.

Menjadi pengangguran bukanlah suatu kesalahan. Bagi saya, itulah bagian dari perjalanan saya untuk mengejar impian yang lebih besar. Bisa dibilang saya menjadi pengangguran yang paling sibuk. Dari Senin hingga Jumat, saya sibuk memperbaiki diri, dari melakukan pekerjaan lepas sebagai desainer grafis hingga mendaftar di sekolah daring untuk belajar bahasa Inggris. Saya memoles keterampilan desain grafis saya dan mengelola akun media sosial restoran saya. Entah bagaimana, saya merasa sangat bangga karena tidak menyerah meskipun menganggur.

Suatu hari, saat sedang menemani istri saya berbelanja, saya bertemu seorang teman lama. Dia sedang mencari seorang pengganti di perusahaan lama karena dia akan pindah bekerja ke Malaysia. Dia menawari saya posisi itu dan tanpa berpikir panjang saya langsung mengiyakannya. Saya sebenarnya punya pengalaman buruk dengan perusahaan ini. Lamaran saya ke perusahaan ini pernah ditolak dua kali. Saya berusaha untuk lebih positif dan berkata pada diri sendiri, “Biarkan saya mencoba sekali lagi. Saya akan menyesal jika tidak mencobanya.”

Saya juga berusaha mencari lebih banyak peluang. Saya mengirimkan beberapa lamaran untuk pekerjaan di luar negeri, dengan harapan bisa membawa keluarga dan membesarkan anak-anak di luar negeri. Saya memaksa mereka untuk mengikuti rencana saya tanpa berkonsultasi dengan mereka. Saya bersikap egois dan tidak memikirkan pendapat keluarga. Namun berkat daimoku, saya sadar bahwa saya sedang marah pada diri saya sendiri dan hanya ingin melarikan diri dari masalah. Tanpa sadar, saya percaya bahwa tinggal di luar negeri tidak akan menjadi jawaban atas kesulitan saya.

Tahun 2021 penuh dengan tantangan. Saya masih menganggur dan restoran saya tutup karena pandemi. Salah satu rekan restoran saya ditangkap oleh polisi karena penggunaan narkoba. Terlepas dari semua masalah ini, saya merasa sangat terlindungi karena saya masih berhasil menjalani kehidupan dengan baik dan benar.

Berbagai kejadian ini semakin memperkuat kepercayaan saya. Seorang senior dalam SGI mendorong saya untuk menerima Gohonzon, dan selalu mengingatkan saya tentang pentingnya bergerak maju. Dia menanyakan pertanyaan ini kepada saya: “Jika kamu bisa memiliki apa pun yang kamu mau, apa yang kamu inginkan? Untuk dirimu sendiri, untuk orang-orang yang kamu sayangi, dan untuk lingkunganmu?” Saya tidak tahu jawabannya saat itu, tetapi saya tahu bahwa saya harus memiliki misi, sesuatu yang membuat saya bangun setiap pagi dengan penuh semangat.

Saya terus memperkuat praktik Buddhis saya dan berjuang untuk mengubah racun menjadi obat tanpa mengeluh. Secara perlahan, saya merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri saya—pada tingkatan yang paling dalam. Menyadari bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam, saya berjuang gigih dan memilih untuk dikelilingi oleh teman-teman baik, termasuk anggota SGI.

Singkat cerita, pada Februari 2021, saya mendapat tawaran wawancara kerja. Saya berdaimoku dengan sungguh-sungguh, membayangkan yang terbaik, dan berfokus pada tujuan yang telah saya lukis dalam pikiran saya. Semakin banyak berdaimoku, saya semakin percaya diri karena menyadari bahwa saya memiliki begitu banyak kemampuan yang berguna. Saya layak bekerja di perusahaan yang mengetahui dan menghargai nilai saya.

Kali ini, saya berdaimoku untuk menang. Buddhisme adalah menang atau kalah, dan saya bertekad untuk tidak kalah. Saat berdaimoku, saya bisa merasakan seolah-olah saya berada di tempat yang mendengarkan dan menghargai. Saya mulai membayangkan gaji yang saya harapkan untuk menafkahi keluarga saya. Selama wawancara, saya merasa bahwa mereka sangat serius dengan saya, dan saya sangat senang! Akhirnya, saya berhasil diterima di perusahaan yang saya dambakan selama tujuh tahun terakhir, yang sebelumnya sudah dua kali menolak saya. Hasil wawancara ini semakin memperkuat kepercayaan saya terhadap Buddhisme Nichiren dan membuat saya semakin dalam berterima kasih atas praktik Buddhis ini.

Melalui semua ini, saya menemukan bahwa transformasi batin saya sendiri adalah kunci untuk menghadapi tantangan apa pun. Cara yang paling efektif untuk hal ini adalah menjadi kuat melalui daimoku. Hal ini mengingatkan saya pada bimbingan Ikeda Sensei yang masih terukir di hati saya:

Satu hal yang pasti adalah kekuatan keyakinan, kekuatan pikiran, akan menggerakkan realitas ke arah yang kita yakini dan bayangkan. Jika Anda benar-benar yakin bisa melakukan sesuatu, Anda pasti bisa. Itulah fakta. Ketika Anda dengan jelas membayangkan kemenangan, mengukirnya di hati Anda, dan sangat yakin bahwa Anda akan mencapainya, otak Anda melakukan segala upaya untuk mewujudkan gambaran mental yang telah Anda buat. Kemudian, melalui upaya Anda yang tak henti-henti, kemenangan itu akan menjadi kenyataan pada akhirnya.

 

Pada 21 November 2021, saya akhirnya menerima Gohonzon. Di hari itulah saya terlahir kembali, tujuan hidup saya menjadi jelas. Saya mau menjadi bahagia dan mau membantu orang lain pun bahagia. Saya bertekad untuk terus maju dan terus melakukan revolusi manusia saya. Terima kasih kepada Soka Gakkai karena ajaran Buddhis ini mengajari saya untuk menghadapi lebih banyak tantangan.