Menu
Komunitas

Komunitas

Mengubah Karma Menjadi Misi Meraih Impian

Saya telah memeluk kepercayaan Buddhisme Nichiren sejak lahir. Saya selalu ikut orangtua untuk mengikuti kegiatan kosen-rufu. Waktu kelas lima SD, saya mulai dijauhi dan mengalami perundungan oleh teman sekelas. Saya sangat sedih dan tumbuh menjadi anak yang pendiam. Saya memberanikan diri untuk menceritakannya ke Mama saya. Saya masih ingat sampai sekarang apa yang Mama katakan, “Doakan teman yang melakukan perundungan terhadap kamu itu bisa menjadi bahagia.” Mendengar jawaban Mama, dalam hati saya berkata hal itu sangatlah tidak mungkin. Mama lalu mengajak saya berdaimoku untuk kebahagiaan mereka, saya pun mencobanya. Ternyata semuanya terbukti. Seiring doa saya untuk kebahagiaan mereka, mereka secara perlahan berubah menjadi baik terhadap saya. Namun setiap kali saya tidak berdaimoku lagi, saya merasa dikucilkan lagi. Dari situlah saya mulai gongyo dan daimoku dengan konsisten. 

Saat duduk di bangku SMP, saya sudah mendengar mengenai Universitas Soka Jepang (SUJ) yang didirikan oleh Ikeda Sensei. Saya langsung bertekad, kelak saya mau kuliah di SUJ. Sejak saat itu, setiap hari saya selalu berdoa bisa kuliah di SUJ dan mendapatkan beasiswa. Saya berpikir hanya orang pintar yang bisa mendapatkan beasiswa, sedangkan saya bukan orang yang pintar. Nilai saya tergolong tidak cukup bagus di sekolah. Namun, setelah saya masuk ke pertemuan pelajar, mengikuti beberapa kegiatan seperti Dynamic Dance, dan konsisten melakukan gongyo dan daimoku, saya semakin bersemangat dalam belajar dan nilai sekolah saya pun meningkat.  

30 Agustus 2018, saat SMA kelas 3, saya menerima Gohonzon pribadi sehingga saya lebih banyak daimoku di kamar sendiri. Doa saya adalah pasti lulus SMA, proses pendaftaran SUJ berjalan lancar, dapat diterima di SUJ dengan beasiswa penuh.

Pada awal 2019, saya mengetahui akan ada pameran Sutra Bunga Teratai yang membutuhkan banyak pemandu. Saya langsung ingin mendaftar menjadi salah satunya. Walaupun tidak mengetahui jelas tugas sebagai pemandu, saya tetap mendaftarkan diri. Saya juga mulai menabung untuk bisa  berangkat ke pameran yang ada di Jakarta. Karena pada tahun itu saya baru lulus dari SMA dan pendaftaran masuk kuliah di SUJ pada bulan September, maka saya ada waktu luang dan bisa menjadi pemandu purna waktu dari awal pembukaan sampai penutupan pameran.

Persiapan dokumen SUJ berjalan lancar, tetapi masih ada satu dokumen yang belum saya lengkapi yaitu menuliskan statement of purpose (SOP), yakni esai tentang mengapa saya ingin masuk SUJ.  Akhirnya saya menyelesaikan esai tersebut lewat daimoku sebelum pameran dimulai.

Saya sangat berterima kasih kepada kakak sepupu yang berangkat bersama saya untuk menjadi pemandu, karena dialah yang membantu memeriksa esai saya dalam bahasa Inggris.

Walaupun ada tantangan dalam mempersiapkan dokumen aplikasi SUJ, Saya merasakan banyak sekali perlindungan dari Gohonzon.

Menuju hari pameran, banyak sekali yang saya lakukan sebelum meninggalkan Batam. Saya harus mempersiapkan dokumen pendaftaran kuliah secara lengkap sebelum berangkat ke Jakarta, agar nantinya Papa saya tinggal mengirimkan dokumennya ke SUJ. Saya juga harus mempelajari bahan pameran yang menurut saya sangat sulit untuk dimengerti. Saya pun berpikir harus tinggal di kos di Jakarta selama pameran, tetapi saya sangat berejeki ternyata bertemu satu keluarga yang saya sebut sebagai “Keluarga Buddha”  yang mengajak saya untuk tinggal di rumah mereka. Saya benar-benar sangat diperhatikan oleh mereka. Saya sangat berterima kasih atas kebaikan dan ketulusan hati dari keluarga tersebut.

Saya seperti keluar dari zona nyaman ketika menjadi pemandu. Bertemu dengan orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya dan berbicara di depan banyak orang. Saya bertemu teman seperjuangan yang sangat memotivasi saya, berbagi pengalaman, memberikan dorongan semangat, saling merangkul, pertemanan yang sangat solid dan seru!

Di hari pembukaan pameran di Universitas Indonesia, saya sangat takut menjelaskan panel-panel ke anak sekolah, mahasiswa, maupun perorangan. Saya hanya  bisa mengatakan “Selamat datang di section 3”. Di hari keduanya, saya bertekad  tidak boleh lagi hanya bisa mengatakan selamat datang saja. Saya menantang diri untuk bisa menjelaskan panel-panel di depan orang. Saya masih ingat dorongan semangat dari ketua panitia yang selalu mengatakan  harus daimoku sebelum jadi pemandu dan belajar pada hari sebelumnya. Hal tersebut memang betul! Daimoku sangat membantu saya dalam mengontrol suasana jiwa saya, apalagi saya menghadapi berbagai macam pengunjung yang mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Berbicara hal yang sama selama satu bulan lebih merupakan tantangan yang luar biasa dan melelahkan tetapi saya ingin setiap pengunjung bisa mengerti makna dari materi pameran di area 3. Walau terkadang agak grogi ketika menjelaskannya ke tamu-tamu VIP, saya berusaha untuk menghadapi para pengunjung dengan ceria dan bersemangat. 

Sambil menjalankan tugas sebagai pemandu, setiap hari pasti ada rasa khawatir menunggu hasil pengumuman. Ada hari ketika saya merasa sangat patah semangat, mengetahui bahwa syarat terpenting untuk diterima di SUJ dengan beasiswa adalah esai tersebut. Beberapa pimpinan Jakarta pun menyemangati saya, berkata “Di dunia ini banyak sekali orang pintar, tetapi orang yang berejeki belum tentu banyak. Jadi kalau kamu tidak puas dengan esai yang kamu telah kirimkan, apa yang kamu bisa lakukan sekarang hanyalah daimoku.” Berkat kata- kata tersebut saya jadi bangkit lagi dan bersemangat untuk berdaimoku. 

Setelah selesai pameran di Jakarta dan kembali ke Batam, saya berdaimoku tiga jam setiap harinya sampai hasil pengumumannya keluar dan berdoa agar bisa diterima di SUJ dengan beasiswa. Beasiswa sangatlah penting agar saya tidak memberatkan perekonomian orangtua saya.

Pada 5 Desember 2019, selagi kami sekeluarga sedang berdaimoku di balai kegiatan Batam, saya mendapatkan surat elektronik dari SUJ dan tertulis kata “Congratulations!”. Saya sampai tidak bisa menahan air mata, dan langsung memberitahukannya kepada Mama yang duduk di samping saya. Saya diterima di SUJ dengan beasiswa penuh sesuai dengan doa saya.

Tidak sampai di situ, untuk bisa berangkat, saya menghadapi berbagai tantangan, apalagi pada awal tahun 2020 seluruh dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Jadwal keberangkatan saya adalah bulan Maret 2020. Tiket sudah disiapkan, tetapi dengan sangat kecewa, satu minggu sebelum keberangkatan, saya mendapatkan informasi bahwa Singapura menutup negaranya bagi seluruh warga negara asing, sedangkan tiket saya adalah Singapura-Tokyo. Tantangan kedua adalah visa saya juga belum tiba di Batam. Saya hampir saja menyerah dan menjadwalkan ulang untuk keberangkatan selanjutnya (bulan April sesuai penjemputan SUJ). Karena saya merasa sangat bimbang, saya dan orangtua duduk kembali di depan Gohonzon dan berdaimoku dengan sungguh-sungguh sambil berusaha memunculkan keyakinan bahwa pasti ada jalannya, pasti ada perlindungan. 

Akhirnya, visa saya tiba 4 hari sebelum jadwal penjemputan SUJ yang pertama. Kami berdiskusi untuk berangkat sesuai jadwal pertama via Jakarta dan membeli tiket baru.

Saya sangat berejeki karena mendapatkan tiket Jakarta-Tokyo (tidak transit) dengan harga murah. Akhirnya, saya berangkat sesuai jadwal dan tiba Jepang pada tanggal 24 Maret 2020. 

Empat  hari kemudian setelah tiba di Jepang, terdapat pengumuman dari pemerintah bahwa Jepang tidak menerima warga asing untuk masuk walaupun ada visa. Saya benar-benar merasakan perlindungan dari dewa-dewi. 

Sekarang saya sedang melanjutkan Program Bekka, yakni sekolah Bahasa Jepang yang intensif untuk bisa mengikuti kuliah S1, di Universitas Soka Jepang (SUJ) selama 8 bulan. Walaupun saya belajar melalui daring (Eng. online) tetapi selama ini saya sangat senang. Senior dan para guru sangat memperhatikan kami, sehingga saya tidak merasa kesepian.  Saya juga berejeki mendapatkan bantuan dana pandemi dari pemerintah Jepang, SUJ dan Kemenangan terbesar pada November 2020 adalah saya baru saja menerima beasiswa dari organisasi pelajar asing serta dukungan dari senior-senior di SUJ yang sangat hangat. Hachioji selama 1 tahun, yang saya coba ajukan pada bulan Oktober sebelumnya.

Doa saya  selama ini sungguh-sungguh terjawab, sehingga saya tidak memberatkan keuangan orang tua.

Ikeda Sensei mengatakan, “Perjuangan Anda mungkin tidak akan ada habisnya. Namun  saya berharap semangat Anda akan selalu bersinar dengan bangga dan percaya diri, tidak peduli seberat apa pun tantangan yang Anda hadapi.”